Saturday, August 7, 2010

USTAZ AZHAR -PUASA MELAYU [PART 6]

USTAZ AZHAR -PUASA MELAYU [PART 5]

USTAZ AZHAR -PUASA MELAYU [PART 4]

USTAZ AZHAR -PUASA MELAYU [PART 3]

USTAZ AZHAR -PUASA MELAYU [PART 2]

USTAZ AZHAR - PUASA MELAYU [PART 1]

BAB PUASA


RINGKASAN FIKIH BAB PUASA

1. Definisi Puasa
Puasa berarti menahan, menurut syari’at puasa berarti menahan diri secara khusus dan dalam waktu tertentu serta dengan syarat-syarat tertentu pula. Menahan diri dari makan, minum, berhubungan badan serta menahan syahwat dari terbit fajar sampai terbenam matahari.

2. Kewajiban Puasa Ramadhan
Menurut Al-Qur’an, Hadits dan Ijma, puasa merupakan ibadah yang diwajibkan bagi muslimah yang berakal sehat dan telah baligh.

Qur’an Albaqarah 183 yang artinya : Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa, sebagaimana telah diwajibkan atas orang –orang sebelum kalian.

Hadits dari Thalbah bin Ubaidillah menceritakan: Ada seorang badui datang kepada Rasulullah dengan rambut yang kusut seraya bertanya: Wahai Rasulullah, beritahukan kepadaku shalat apa saja yang diwajibkan oleh Allah? Rasulullah menjawab : Hanya shalat lima waktu, kecuali jika kamu hendak menambahkannya dengan shalat sunnat. Orang itu bertanya kembali, beritahukan pula kepadaku puasa apa yang diwajibkan oleh Allah? Rasulullah menjawab, Hanya puasa Ramadhan, kecuali jika kamu hendak berpuasa sunnat.Orang tersebut bertanya lagi, Beritahukan kepadaku zakat apa yang harus aku bayarkan? Maka Rasulullah pun menerangkan kepadanya tentang syari’at islam. Akhirnya orang badui tersebut berkata, Demi Allah yang telah mengutusmu dengan kebenaran, sedikitpun aku tidak akan menambah ataupun mengurangi kewajiban yang telah difardhukan oleh Allah atas diriku. Rasulullah pun berkata, Beruntunglah jika ia benar atau akan dimasukkan kedalam surga jika benar ( HR. Muttafaqun Alaih).

Menurut Ijma kaum muslimin telah sepakat mewajibkan puasa pada bulan Ramadhan.

3. Beberapa Keutamaan Puasa
a. Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda : Puasa itu perisai. Apabila salah seorang dari kalian berpuasa, hendaklah dia tidak berkata keji dan membodohi diri. Jika ada seseorang memerangi atau mengumpatnya, maka hendaklah ia mengatakan: Sesungguhnya aku sedang berpuasa, dengan zat yang jiwaku berada ditanganNya, sesungguhnya bau mulut yang keluar dari orang yang berpuasa itu lebih harum disisi Allah daripada bau kasturi.Orang yang puasa itu meninggalkan makanan dan minumannya untuk Allah. Maka puasa itu untuk Allah dan Allah yang akan memberikan pahala karenanya, kebaikan itu dibalas dengan sepuluh kali lipatnya (HR.Bukhari).
b. Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda: Apabila datang bulan Ramadhan
maka dibukalah pintu-pintu surga dan ditutup pintu-pintu neraka serta semua setan dibelenggu (HR.Muslim).
Al-Qadhi mengatakan : Dibukalah pintu surga maksudnya agar hambaNya senantiasa berbuat ta’at pada bulan Ramadhan yang mana kesempatan itu tidak terdapat pada bulan-bulan lainya seperti, syalat taraweh, dan amal kebaikan lainnya yang semua itu merupakan kunci untuk dapat masuk surga. Sedangkan diutupnya pintu neraka dan dibelenggunya setan berarti supaya manusia menghindari berbagai macam pelanggaran
c. Dari Abu Umamah, Rasulullah bersabda : Aku pernah mendatangi Rasulullah seraya berkata: Perintahkankanlah kepadaku suatu amalan yang dapat memasukkan aku kesurga. Beliau menjawab, hendaklah kamu berpuasa, karena puasa itu merupakan amalan yang tidk ada tandingannya. Kemudian aku mendatangi Beliau untuk kedua kalinya dan beliau berkata dengan nasihat yang sama.(HR. Ahmad, Nasa’i dan Al Hakim).
d. Dari Sahal bin Sa’ad, Rasulullah bersabda: Sesungguhnya surga itu mempunyai satu pintu Babu ArRayyan, pada hari kiamat nanti pintu itu akan bertanya, dimana orang-orang yang berpuasa ? Apabila yang terakhir dari mereka telah masuk, maka pintu itupun akan tertutup (HR. Muttafaqun Alaih).
e. Dari Abu Sa’id Al-khudri, Rasulullah bersabda: Tidaklah seorang hamba berpuasa pada suatu hari dijalan Allah, melainkan dengan hari itu Allah akan menjauhkan api neraka dari wajahnya selama tujuh puluh musim ( HR. Jama’ah kecuali Abu Dawud).
f. Dari Abdullah bin Amr bin Al Ash, Rasulullah bersabda: Berpuasa dan membaca alQur’an akan memberikan safa’at kepada seseorang hamba pada hari kiamat kelak.Amalan puasanya akan berkata Ya Allah, aku telah melarangnya dari makanan, minum dan nafsu syahwat pada siang hari, sehingga ia telah menitipkan safa’at kepadaku. Amalan membaca Alqur’an berkata, Aku telah melarangnya tidur dimalam hari sehingga ia telah menitipkan safa’at kepadaku(HR.Ahmad, sanad shahih).
g. Dari Abu Hurairah Rasulullah bersabda : Barang siapa memberikan nafjah untuk dua istri dijalan Allah, maka ia akan dipanggil oleh salah satu dari pintu surga: Wahai hamba Allah, kemarilah untuk menuju kenikmatan. Barangsiapa berasal dari golongan orang-orang yang senantiasa mendirikan salat, maka dia akan dipanggil dari pintu salat,yang berasal dari kalangan yang suka berjihad, maka akan dipanggil dari pintu jihad,demikian juga dengan golongan yang berpuasa akan dipanggil dari pintu Rayyan, yang suka bersedekah akan dipanggil dari pintu sedekah. Abu Bakar bertanya Demi ayah dan ibuku wahai Rasulullah apakah setiap hamba akan dipanggil dari pintu-pintu tersebut? Lalu mungkinkah seseorang dipanggil dari seluruh pintu tersebut? Beliau menjawab, Ya, ada dan aku berharap engkau wahai Abu Bakaryang termasuk salah seorang diantara mereka (HR.Bukhari).
h. Puasa mengajarkan kesabaran serta menambah keimanan, mengajarkan pengendalian diri dan tingkah laku yang baikdan membantu kesembuhan berbagai macam penyakit seperti kencing manis, darah tinggi, maag.
Seperti sabda Rasul: Berpuasalah, niscaya engkau akan sehat (HR. Ibnu Adi dan Thabrani)
i. Puasa dapat menanamkan kasih sayang dan lemah lembut kepada fakir miskin serta mengajarkan sifat tolong menolong dan sensitivitas kepada orang-orang yang membutuhkan pertolongan.

4. Kewajiban Puasa Ramadhan Ditetapkan Melalui Ru’yah
Hal ini didasarkan pada hadis yang diriwayatkan dari Ibnu Umar dimana Rasulullah bersabda : Janganlah berpuasa sehingga kalian melihat hilal, janganlah berbuka sehingga kalian melihat hilal ( pada bulan Syawal) dan janganlah berbuka sehingga kalian melihatnya. Jika kalian terhalangi oleh mendung, maka perkirakanlah hitungan pada bulan itu( HR.Muslim).

5. Hari - hari Disunatkannya Puasa
a. Hari Arafah yaitu tanggal 9 dan 10 Zulhijjah
Puasa pada hari Arafah dapat menghapuskan dosa selama 2 tahun, 1 tahun yang lalu dan 1 tahun yang akan datang (HR.Muslim).kecuali orang –orang yang sedang berada diarafah disunahkan bagi mereka berbuka atau tidak puasa , ini menurut mayoritas para ulama.
b. Pada hari Asyura’ yaitu bulan Muharram
Puasa pada bulan Muharram dapat menghapuskan dosa selama satu tahun sebelumnya .sesuai sabda Rasul: Aku memohon kepada Allah untuk menghapuskan dosa yang pernah aku perbuat pada satu tahun sebelumnya (HR.Muslim).
Ibnu Abbas menceritakan: Rasulullah memerintahkan puasa pada hari Asyura yaitu tanggal 10 Muharram(HR. Tirmizi).
c. Enam hari bulan Syawal
Sabda Rasul : Barang siapa berpuasa pada bulan Ramadhan, lalu dilanjutkan dengan puasa 6 hari pada bulan Syawal, maka nilainya seperti berpuasa sepanjang tahun (HR. Muslim, Abu Dawud, Tarmizi). Boleh dikerjakan berturut-turut, boleh berselang.
d. Limabelas hari pertama pada bulan Sya’ban
Dari Aisyah Ra, ia menceritakan: Aku tidak melihat Nabi saw meyempurnakan puasa satu bulan penuh, selain pada bulan Ramadhan. Dan aku tidak melihat beliau pada bulan-bulan yang lain berpuasa lebih banyak dari bulan Sya’ban (Muttafaqun Alaih).
e. Sepuluh hari pertama bulan Zulhijjah
Sesuai sabda Rasul : Tidak ada hari dimana amal shalih didalamnya lebih dicintai oleh Allah dari pada 10 hari pertama Zulhijjah, para sahabat bertanya kepada Rasul, wahai Rasul, tidak juga jihad fisabilillah ? Beliau menjawab, Tidak juga jihad fisabilillah, kecuali seseorang yang berangkat dengan membawa jiwa dan hartanya, lalu kembali tanpa membawa sedikitpun dari keduannya (HR.Bukhari).
f. Berselang
Sesuai sabda Rasul: Berpuasalah satu hari dan berbukalah satu hari berikutnya. Yang demikian itu merupakan puasa nabi Dawud dan merupakan puasa yang baik. Kemudian aku berkata : Sesungguhnya aku mampu melakukan lebih dari itu,maka Nabi menjawab, tidak ada yang lebih baik dari itu ( Muttafaqun Alaih).
g. Senin Kamis
berdasarkan hadis yang diriwayatkan dari Usamah bin Zaid, dimana Rasulullah senantiasa berpuasa pada hari senin dan kamis karena amal perbuatan manusia diangkat menuju Allah pada hari senin dan kamis ( HR. Abu Dawud).
h. Pertengahan bulan Qamariyah (tanggal 13,14,15, setiap bulan Hijriah)
Dari Abu Hurairah : Rasulullah berpesan kepadaku tiga hal, yaitu berpuasa 3 hari pada setiap bulannya, mengerjakan 2 raka’at salat duha serta salat witir sebelum tidur ( Muttafaqun Alaih).
Dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash, Rasul bersabda : Berpuasalah setiap bulannya 3 hari , karena sesungguhnya kebaikan pada hari itu dihitung dengan 10 kelipatanya (HR.Muttafaqun Alaih).

6. Waktu Waktu Dimakruhkannya Berpuasa
a. Berpuasa 1 bulan penuh pada bulan Rajab, kalaupun ada yang hendak berpuasa pada bulan itu hendaklah berselang, karena bulan Rajab adalah bulan yang diagungkan oleh orang Jahiliyah.
b. Pada hari Jum’at saja, sesuai sabda Rasul: Sesungguhnya hari Jum’at itu merupakan hari raya bagi kalian, karena itu janganlah berpuasa, kecuali berpuasa juga sebelum dan sesudahnya (HR. Al-Bazzar).
c. Pada hari sabtu saja, juga makruh puasanya, kecuali diikuti sebelum dan sesudahnya. Sesuai sabd aRasul: Janganlah kalian berpuasa pada hari sabtu, kecuali yang diwajibkan atas kalian (HR. Tirmizi).
d. Makruh puasa pada hari yang diragukan, yaitu hari ke30 bulan Sya’ban,sesuai sabda Rasul: Barangsiapa berpuasa pada hari yang diragukan, maka ia telah menentang Nabi Muhammad ( HR.Bukhari).
e. Mengkhususkan puasa pada tahun baru dan hari besar orang kafir adalah makruh, karena merupakan hari yang sangat diagungkan oleh orang kafir.
f. Puasa wishal, yaitu puasa selama 2 atau 3 hari tanpa berbuka hukumnya makruh, sabda Rasul: Rasulullah pernah puasa wishal pada bulan Ramadan, lalu diikuti oleh para sahabat, setelah itu beliau melarang, dan para sahabat bertanya, bukankah engkau melakukannya ? dan Beliau menjawab, sesungguhnya aku tidak seperti kalian, aku ini makan dan juga minum (Muttafaqun Alaih).
g. Puasa dahr, yaitu puasa yang dilakukan 1 tahun penuh.
Sabda Rasul : Tidak dianggap berpuasa bagi orang yang berpuasa selamanya. (HR. Muslim).
h. Janganlah seorang istri berpuasa, ketika suami berada disisinya, melainkan dengan izin suami, kecuali puasa bulan Ramadan (Muttafaqun Alaih).
i. Puasa 2 hari terakhir bulan sa’ban makruh, sesuai sabda Rasul: Janganlah salah seorang diantara kalian mendahului Ramadan dengan puasa 1 atau 2 hari , kecuali bagi orang yang terbiasa melakukan puasa, maka boleh baginya berpuasa ( Muttafaqun Alaih). Kecuali membayar hutang puasa, karena khawatir tidak bisa melakukannya dilain waktu.

7. Waktu –waktu yang diharamkan Puasa
a. Pada hari Idul Fitri dan Idul Adha baik itu untuk mengqada, membayar kafarat atau puasa sunat.
b. Pada hari Tasyriq yaitu 11,12, 13 Zulhijjah, sesuai sabda rasul: Hari tasyriq adalah hari untuk makan dan minum dan berzikir kepada Allah ( HR.Muslim).
c. Dibolehkan berbuka bagi wanita yang sakit.
Sesuai firman Allah Albaqarah 184 : Barang siapa diantara kalian ada yang sakit atau dalam perjalanan, lalu berbuka, maka wajiblah baginya mengganti puasa sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari yang lain.
d. Berbukanya seorang wanita yang berpuasa sunat, hal ini sesuai hadis dari Abu Said al Khudri : Aku pernah membuatkan makanan untuk Rasulullah ketika beliau datang bersama para sahabatnya kerumah. Pada saat makanan
dihidangkan, seorang sahabat berkata , aku sedang puasa , lalu Rasulullah berkata, saudara kalian ini sudah mengundang dan akan menjamu kalian, karenanya batalkan saja puasamu dan puasalah pada hari lain untuk menggantinya jika engkau mau ( HR. Baihaqi)

8. Sunnat-Sunnat Puasa
a. Menyegerakan berbuka, sesuai hadis ; Manusia senantiasa dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka puasa (Muttafaqun Alaih).Disunatkan untuk berbuka dengan kurma, karena kurma dapat mempertajam pandangan, jika tidak ada boleh dengan air.
b. Sahur, sesuai hadis Rasulullah, makan sahurlah, karena sesungguhnya makan sahur itu mengandung berkah ( muttafaqun Alaih). Makan sahur hendaklah diakhirkan sampai mendekati fajar (subuh) hal ini dapat meringankan dalam berpuasa.
c. Berdoa ketika berbuka, karena orang yang berpuasa sehingga berbuka doanya tidak akan ditolak, sesuai sabda Rasul: Ada 3 golongan yang doanya tidak ditolak yaitu orang yang berpuasa sehingga berbuka, imam yang adil dan orang yang dizalimi ( HR. Tarmizi).

9. Puasa Bagi Orang Lanjut Usia
Bagi yang sudah lanjut usia dan tidak mampu untuk mengerjakan puasa, maka ia boleh berbuka, tapi harus diganti dengan memberi makan fakir miskin satu hari dengan satu mud dan tidak perlu mengqada puasanya.

10. Diperbolehkan Berbuka Bagi Musafir (orang dalam perjalanan )
Dalam Surat Albaqarah 184 : Barang siapa diantara kalian ada yang sakit atau dalam perjalanan lalu berbuka, maka wajib baginya berpuasa sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari yang lain.
Tapi jika tetap berpuasa diperjalanan, maka dapat tambahan pahala.

11. Puasa Bagi Wanita Hamil dan Menyusui
Sebagian ulama mengatakan, wanita hamil dan menyusui boleh berbuka, tapi harus menggantinya pada hari yang lain atau memberikan makan pada orang miskin (fidyah). Sesuai sabda Rasul : Sesungguhnya Allah telah memaafkan setengah nilai salat dari para musafir serta memberikan kemurahan bagi wanita hamil dan menyusui, Demi Allah, Rasulullah telah mengatakan keduanya, salah satu atau keduanya (HR. An-Nasai & Tarmizi).

12. Yang Membatalkan Puasa dan Yang Mewajibkan Kafarat
a. Orang yang sengaja makan dan minum siang hari, puasanya jadi batal dan harus mangqada serta harus bayar kafarat (denda ), kecuali dalam keadaan lupa.
b. Muntah dengan sengaja, sesuai hadis Rasulullah : Barang siapa terpaksa muntah, maka tidak ada kewajiban baginya mengganti puasa, tapi barang siapa yang memaksakan diri untuk muntah, maka hendaklah dia mengqada puasanya ( HR. Ahmad, Abu Dawud, Tirmizi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, Daruquthni dan Al-Hakim).
c. Mamandang orang laki-laki dengan nafsu birahi atau mengingat-ingat hubungan badan, puasanya batal dan harus mengqadanya.
d. Haid dan nifas , puasanya jadi batal. Sedangkan keluarnya istihadah tidak membatalkan puasa.
e. Jika seorang suami menyetubuhi istri tidak dengan persangkaan bahwa waktu magrib telah masuk atau mengira fajar belum tiba, maka keduanya tidak diwajibkan bayar kafarat, menurut mayoritas ulama mereka harus mengqadanya.
f. Jika wanita muslimah berniat untuk berbuka, sedang ia dalam keadaan berpuasa, maka puasanya jadi batal, karena niat adalah salah satu sarat sahnya puasa.

13. Hal hal Yang Boleh Dilakukan oleh Wanita Yang Puasa
a. Membasahi seluruh badan dengan air atau mandi.
b. Meneteskan obat mata dan memakai celak.
c. Mencium dan mendapat ciuman dari suami selama ciuman itu tidak menggerakan nafsu sahwat.
d. Suntik, baik pada kulit maupun urat.
e. Berkumur dan memasukkan air kehidung, keduanya tidak membatalkan puasa, tapi dimakruhkan melakukannya dengan berlebihan.
f. Diperbolehkan mencicipi makanan melalui ujung lidah, tapi haru hati-hati jangan sampai masuk kerongga mulut.

14. Jika Tidak Berniat Malam Hari Sebelum Puasa
Diperbolehkan berpuasa, meskipun tidak diniati sejak malam harinya, ketika waktu pagi tiba ( fajar ) ia boleh puasa dan jika berkehendak boleh berbuka.

15. Waktu Yang Meninggal dan Memiliki Hutang Puasa
Bila seseorang yang telah meninggal dan masih mempunyai hutang puasa, boleh digantikan oleh walinya, sesuai hadis Rasul : Barang siapa yang meninggal dunia dalam keadaan meninggalkan kewajiban qadha puasa, maka hendaklah walinya berpuasa untuk menggantikannya ( HR. Bukhari )
16. Kafarat
Orang yang berbuka siang hari pada bulan Ramadan, maka hanya berkewajiban mengqadhanya saja. Sedangkan bila seseorang yang membatalkan puasa karena berhubungan badan disiang hari pada bulan Ramadan, maka harus membebaskan budak yang beriman, atau berpuasa selama 2 bulan berturut-turut, atau memberikan makan 60 orang miskin, setiap orangnya mendapat 1 mud gandum atau kurma ( makanan poko yang mengenyangkan) sesuai dengan kemampuan.

17. Malam Lailatul Qadar
a. Keutamaan lailatul qadar
Amal perbuatan pada malam ini lebih baik daripada amalan seribu bulan yang dikerjakan tidak pada malam lailatul qadar. Dalam surat AlQadar 1-3 :
Sesungguhnya Kami telah menurunkan AlQuran pada malam kemuliaan, Tahukan kamu apa malam kemuliaan itu ? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.
b. Waktu malam lailatul qadar
yaitu pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadan, tepatnya pada malam-malam ganjil dari bulan-bulan tersebut, seperti bulan 21, 23, 25, 27, 29. Diriwayatkan juga bahwa malam lailatul qadar adalah bulan yang sangat terangdan penuh cahaya, malam yang tenang dan tidak memancarkan panas yang menyengatdan tidak juga dingin menggigil dimana Allah SWT telah menyingkapkan bagi sebagian orang didalam tidurnya.
c. Bangun dan berdoa pada malam lailatul qadar.
Disunatkan untuk bersungguh-sungguh dalam berdoa pada malam lailatul qadar ini. Sesuai Sabda Rasulullah : Barang siapa bangun pada malam lailatul qadar karena dorongan iman dan mengharapkan pahala, maka diberikan ampunan baginya atas dosa-dosanya yang telah lalu.

Ringkasan dari fiqih wanita edisi lengkap karangan Syaikh Kamil Muhammad Uwaidah

Tuesday, August 3, 2010

RUKUN HAJI

Panduan Haji 2

Panduan Haji 1

Kursus Pelaksanaan Ibadah Haji dan Umrah 2008

HAJI DAN UMRAH

PENDAHULUAN


A. Latar Belakang

kita berbicara tentang haji dan umrah maka kita terlebih dahulu mengetahui tentang definisi, hukum dan landasan dari ibadah tersebut karena kita harus mengetahui apa ibadah yang kita laksanakan dengan jelas agar ibadah haji dan umrah yang dilakukan berjalan dengan lancar dan sempurna, oleh karena itu kita juga harus mengetahui tentang syarat dan rukun dari kedua ibadah tersebut.
Haji adalah mengunjungi ka’bah (baitullah) di makkah untuk melaksanakan ibadah kepada Allah. Sedangkan umrah adalah berziarah ke baitullah, dan kedua ibadah ini fardhu ain hukumnya bagi umat islam.

B. Rumusan Masalah
1. Definisi haji dan umrah
2. Hukum dan dalilnya
3. Syarat haji dan umrah
4. Rukun haji dan umrah
5. perbedaan dan persamaan haji dan umrah


BAB II
PEMBAHASAN


1. HAJI
A. Definisi haji
Haji menurut etimologi adalah menyengaja atau menuju. Sedangkan menurut istilah syara’ adalah sengaja mengunjungi ka’bah (baitullah) di makkah untuk melaksanakan ibadah kepada Allah SWT. dengan syarat dan rukun yang telah ditentukan .

B. Hukum dan dalilnya
Ibadah haji adalah suatu kewajiban yang dalam seumur hidup cukup dilakukan sekali oleh setiap orang baik laki-laki maupun perempuan, dengan syarat-syarat tertentu, oleh karena ini kita sebagai orang islam wajib untuk menunaikan haji bagi yang sudah diberi kamampuan untuk melaksanakannya, karena haji merupakan salah satu rukun islam.
Firman Allah SWT.

Artinya : Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah yaitu bagi orang-orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke baitullah (Q.S. Ali Imran : 97)

C. Syarat haji
1. Beragama islam
2. Baligh (dewasa)
3. Berakal (aqil)
4. merdeka (bukan budak)
5. Mampu (istita’ah)

D. Rukun haji
1. Ihram ialah niat menunaikan ibadah haji bersamaan dengan memakai baju iharam.
2. Wukuf adalah berdiam diri di arafah pada waktu dzuhur tanggal 9-10 dzulhijjah menjelang fajar.
3. Tawaf adalah mengelilingi ka’bah sebanyak 7 kali.
4. Sai adalah berlari-lari kecil antara bukit safa dan marwah.
5. Tahallul adalah mencukur rambut sekurang-kurangnya 3 helai.
6. Tertib adalah tidak menginggalkan salah satu rukun tersebut.

2. UMRAH
A. Definisi umrah
Umrah menurut etimologi adalah ziarah, sedangkan menurut istilah syara’ adalah berziarah ke baitullah dengan cara tertentu yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

B. Hukum dan dalilnya
Ibadah umrah adalah fardlu ain dalam seumur hidup satu kali, seperit haji. Misalnya kewajiban itu secara segera atau nanti-nanti. Dalil tentang kefardhluannya adalah firman Allah SWT.

Artinya : Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah (Q.S. Al Baqorah : 196)
Maksud dar ayat di atas adalah perintah untuk menyempurnakan sesudah mulai mengerjakan mengingat kalau sudah mulai di kerjakan, maka wajib di selesaikan oleh kaum muslimin (orang islam).



C. Syarat umrah
Pada dasarnya syarat umrah sama halnya dengan syarat haji sebagaimana telah dibahas dalam bab haji.

D. Rukun umrah
1. Ihram dengan niat karena allah sambil mengatakan “labbaika umratan” artinya aku memenuhi panggilanmu untuk melakukan umrah.
2. Tawaf adalah mengelilingi ka’bah seperti dalam tawaf haji.
3. Sai adalah berlari-lari kecil antara bukit safa dan marwah.
4. Tahallul.
5. Tertib.

3. Perbedaan dan persamaan haji dan umrah
a) Perbedaan haji dan umrah
1. Niatnya yang berbeda
2. Rukun-rukunnya, yaitu haji ada enam, sedangkan rukun umrah hanya lima.
3. Waktu pelaksanaannya, ibadah haji dilaksanakan pada waktu tertentu mulai dai bulan syawal hingga terbit fajar tanggal 10 Dzulhijjah, sedangkan umrah boleh dilakukan kapan saja.
4. Umrah disebut juga haji kecil, sedangkan haji tidak ada sebutan tersebut.
b) Persamaan haji dan umrah
1. Hukumnya keduanya sama-sama fardu ain.
2. Keduanya sama-sama mempunyai syarata-syarat wajib.’



BAB III
PENUTUP DAN KESIMPULAN


a. Haji adalah sengaja mengunjungi ka’bah (baitullah) di Makkah untuk melaksanakan ibadah kepada Allah. Sedangkan umrah adalah berziarah ke baitullah.
b. Hukum dari haji dan umrah adalah fardlu ain yang hanya wajib dilakukan satu kali seumur hidup oleh umat islam.
c. Syarat haji dan umrah
1. Beragama islam
2. Baligh (dewasa)
3. Berakal (aqil)
4. Merdeka (bukan budak)
5. Mampu
d. Rukun haji dan umrah
Haji Umrah
Ihram
Wukuf
Tawaf
Sai
Tahallul
Tertib Ihram
Tawaf
Sai
Tahallul
Tertib
e. Perbedaan dan persamaan haji dan umrah
a. Perberdaan
1. Niatnya yang berbeda
2. Rukun-rukunnya, yaitu haji ada enam, sedangkan rukun umrah hanya lima.
3. Waktu pelaksanaannya, ibadah haji dilaksanakan pada waktu tertentu mulai dai bulan syawal hingga terbit fajar tanggal 10 Dzulhijjah, sedangkan umrah boleh dilakukan kapan saja.
4. Umrah disebut juga haji kecil, sedangkan haji tidak ada sebutan tersebut.
b. Persamaan
1. Hukumnya keduanya sama-sama fardu ain.
2. Keduanya sama-sama mempunyai syarata-syarat wajib.’

25...ZAKAT FITRAH....26...PEMYEMBELIHAN.....27...QURBAN

25 : Zakat Fitrah

Zakat Fitrah

Zakat ini di fardhukan pada tahun ke 2 hijrah iaitu tahun di fardhukan puasa. Di fardhukan ke atas setiap individu muslim lelaki atau perempuan yang berkemampuan dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan.

Firman Allah Ta’ala :

قَدْ أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّى

Maksudnya : Sesungguhnya berjayalah orang yang setelah menerima peringatan itu berusaha membersihkan dirinya (dengan taat dan amal yang soleh). (Surah Al-A’la Ayat 14)

Zakat fitrah atau nama lainnya “zakat an-nafs” iaitu zakat badan maksudnya zakat untuk menyucikan jiwa dengan mengeluarkan makanan asasi daripada jenis yang mengenyangkan dengan kadar satu gantang Baghdad bersamaan 2.70kg beras atau senilai dengannya diberi kepada golongan tertentu dengan syarat-syarat tertentu.

Syarat Wajib Zakat Fitrah

a) Mempunyai lebihan makanan atau hartanya untuk diri & keluarga pada malam dan siang hariraya.

b) Hidup pada akhir Ramadhan & awal Syawal

c) Anak yang lahir sebelum matahari terbenam pada akhir bulan Ramadhan dan hidup hingga selepasnya.

d) Memeluk Islam sebelum terbenam matahari pada akhir bulan Ramadhan

e) Seseorang yang meninggal selepas terbenam matahari akhir Ramadhan.

Waktu Mengeluarkan Zakat Fitrah

Waktu Afdhal/Sunat : Sebelum Sembahyang Sunat Hari Raya

Waktu Wajib : Selepas terbenam matahari malam Aidilfitri sehingga terbit matahari esoknya

Waktu Harus : Sejak Awal Ramadhan

Waktu Makruh : Selepas Sembahyang Sunat Hari raya sehingga terbenam matahari 1 Syawal

Waktu Haram : Selepas terbenam matahari 1 Syawal

Orang Yang Berhak Menerima Zakat Fitrah

Firman Allah Ta’ala :

إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِينِ وَالْعَامِلِينَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوبُهُمْ وَفِي الرِّقَابِ وَالْغَارِمِينَ

وَفِي سَبِيلِ اللَّهِ وَاِبْنِ السَّبِيلِ فَرِيضَةً مِنَ اللَّهِ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ

Maksudnya : Sesungguhnya sedekah-sedekah (zakat) itu hanyalah untuk orang – orang fakir dan orang-orang miskin dan a’mil-a’mil yang mengurusnya dan orang-orang mualaf yang dijinakkan hatinya dan untuk hamba-hamba yang hendak memerdekakan dirinya dan orang-orang yang berhutang dan untuk (dibelanjakan pada) jalan Allah dan orang-orang musafir (yang keputusan) dalam perjalanan. (ketetapan hukum yang demikian itu ialah) sebagai satu ketetapan (yang datangnya) dari Allah dan (ingatlah) Allah amat mengetahui lagi amat bijaksana.(Surah At-Taubah Ayat 60)

Ada Lapan Asnaf :

1) Orang Fakir :

Ialah orang yang tidak ada harta benda untuk keperluan hidupnya sehari-hari, tidak sanggup bekerja, tak mampu berusaha dan malu untuk meminta-minta.

2) Orang Miskin :

Ialah orang yang boleh bekerja dan berusaha tetapi tidak mencukupi keperluan hidupnya sehari-hari.

3) ‘Amil (pemungut zakat) :

Orang yang dilantik atau diberi kuasa oleh Majlis Agama Islam Negeri untuk memungut zakat.

4) Muallaf :

Orang yang baru memeluk Agama Islam.

5) Hamba :

Terbahagi kepada tiga :

1) Hamba Qin (hamba semata)

2) Hamba Mudabbar (hamba yang kemerdekaannya bergantung kepada mati tuannya).

3) Hamba Mukattab (kemerdekaan dirinya bergantung kepada syarat-syarat yang diberikan oleh tuannya).

Sebagaimana keterangan Imam Syafie, hamba mukattablah yang layak menerima zakat.

6) Orang Yang Berhutang Banyak :

Iaitu tanggungan hutang untuk kemaslahatan diri dan keluarganya ataupun kemaslahatan umat Islam bila hutangnya itu telah melebihi dari harta kekayaannya.

7) Sabilillah :

Orang yang berjuang di jalan Allah

8) Ibnu Sabil

Orang yang dalam perjalanan jauh untuk menyempurnakan tuntutan Agama Islam kemudian kehabisan belanja atau biayanya




26: Penyembelihan

: Pengertian Penyembelihan
  • Penyembelihan dari segi bahasa bererti potong atau belah bagi menghilangkan nyawa binatang.
  • Dari segi syara‘ bermaksud menghilangkan nyawa binatang yang halal dimakan dengan menggunakan alat yang tajam selain dari kuku, gigi, dan tulang untuk membolehkan haiwan itu halal dimakan oleh orang Islam.

Sabda Rasulullah sallallahu ‘alayhi wasallam :

Maksudnya:

“Sembelihan adalah di antara pangkal dagu dan pangkal leher”

(Riwayat Ibnu ‘Abbas)

HUKUM PENYEMBELIHAN

  • Hukumnya wajib dilakukan ke atas sesuatu haiwan itu untuk membolehkan ia halal dimakan.
  • Haiwan yang tidak disembelih mengikut hukum Islam diistilahkan sebagai bangkai dan najis.
  • Firman Allah subhanahu wata‘ala:

Maksudnya:
“Diharamkan kepada kamu (memakan) bangkai (binatang yang tidak disembelih), dan darah (yang keluar mengalir), dan daging babi (termasuk semuanya), dan binatang-binatang yang disembelih kerana yang lain daripada Allah, dan yang mati tercekik, dan yang mati dipukul, dan yang mati jatuh dari tempat yang tinggi, dan yang mati ditanduk, dan yang mati dimakan binatang buas, kecuali yang sempat kamu sembelih (sebelum habis nyawanya)”
(Surah Al-Ma’idah 5:3)

DALIL PENSYARI‘ATAN PENYEMBELIHAN

Firman Allah subhanahu wata‘ala:

Maksudnya:
“Maka makanlah dari (sembelihan binatang-binatang halal) yang disebut nama Allah ketika menyembelihnya, jika betul kamu beriman kepada ayat-ayatNya.”
(Surah Al-An‘am, 6:118)

  • Sabda Rasulullah sallallahu ‘alayhi wasallam yang bermaksud:

“Sesungguhnya Allah mewajibkan untuk berbuat baik terhadap sesuatu. Oleh kerana itu, jika kamu membunuh, perbaikkanlah cara membunuhnya, apabila kamu menyembelih maka perelokkanlah cara penyembelihannya serta tajamkanlah pisaunya dan mudahkanlah penyembelihannya itu.”
(Riwayat Muslim)

RUKUN PENYEMBELIHAN

Penyembelih:

a) Islam sama ada lelaki atau perempuan atau kanak-kanak yang mumayyiz.

b) Ahli kitab, samada Yahudi atau Nasrani.

c) Berakal dan berfikiran waras.

d) Tidak melakukan penyembelihan di dalam ihram haji (bagi binatang buruan).

Binatang Yang Disembelih:

Binatang yang halal itu segala jenis binatang yang baik dan tidak mendatangkan mudharat kepada orang yang memakannya seperti ayam, itik, lembu dan sebagainya. Binatang yang tidak halal dimakan dibahagikan kepada dua kumpulan:

a) Haiwan darat. Semua haiwan darat dihalalkan untuk orang Islam, kecuali seperti berikut:

  • Babi dan keturunannya.
  • Anjing.
  • Haiwan halal yang tidak disembelih mengikut hukum syara‘
  • Haiwan yang bertaring dan menggunakannya untuk mencakar dan membunuh iaitu haiwan-haiwan buas seperti harimau, beruang, gajah dan seumpamanya
  • Burung yang mempunyai kuku pencakar atau memakan secara menyambar seperti burung helang, gagak, dan sebagainya.
  • Haiwan-haiwan yang diperintah oleh Islam membunuhnya, iaitu seperti tikus, lipan, lipas, kala jengking, dan seumpamanya
  • Haiwan yang dilarang oleh Islam membunuhnya, iaitu seperti semut dan lebah.
  • Haiwan-haiwan yang dipandang jijik oleh umum, seperti kutu, lalat, ulat, dan seumpamanya.
  • Haiwan yang hidup dua alam, iaitu di air dan di darat seperti katak, buaya, kura-kura, dan sebagainya.
b) Haiwan Laut. Pada hakikatnya, semua haiwan laut hanya hidup dalam air sahaja dan adalah halal bagi orang Islam, kecuali:
  • Semua jenis haiwan laut yang mengandungi racun.
  • Semua jenis haiwan laut yang boleh memabukkan jika dimakan; dan semua jenis haiwan laut yang boleh mendatangkan kemudharatan atau bahaya kepada kesihatan manusia.

Alat Penyembelihan:

  • Alat penyembelihan yang hendak digunakan mestilah tajam, boleh melukakan, dan mengalirkan darah binatang tersebut. Contohnya seperti pisau, parang, dan sebagainya.
  • Alat tersebut mestilah tidak boleh diperbuat daripadaa gigi, tulang, atau kuku.

Bahagian Yang Disembelih:

Sembelihan yang sah hendaklah memutuskan halqum (saluran pernafasan) dan mari’ (saluran makanan dan minuman) dan memutuskan vena jagular dan arteri karotid. Hukum memutuskan halkum dan mari’ adalah wajib manakala memutuskan vena jagular dan arteri karotid adalah sunat.

Bagi haiwan yang tidak dapat disembelih pada leher kerana sesuatu sebab seperti haiwan buruan, maka adalah dibolehkan penyembelihan pada mana-mana bahagian anggotanya. Ini adalah untuk mematikannya dengan syarat niat menyembelih.

SYARAT SAH PENYEMBELIHAN

Syarat sah penyembelihan adalah seperti berikut:

  • Penyembelihan dilakukan oleh orang Islam atau ahli kitab.
  • Dilakukan dengan niat menyembelih kerana Allah.
  • Binatang itu masih hidup ketika disembelih.
  • Binatang itu adalah halal dimakan.
  • Menggunakan alat yang tajam selain dari kuku, gigi dan tulang.
  • Putus halqum dan urat mari’ dengan sebab penyembelihan.
  • Mati dengan sekali sembelihan sahaja.
  • Tidak dilakukan penyembelihan kerana selain dari Allah.
  • Tidak dilakukan dalam ihram (binatang buruan darat).
Tambahan: Sejajar dengan perkembangan semasa penyembelihan bagi tujuan komersil mesti dilakukan oleh orang yang mendapat sijil tauliah penyembelihan dari Jabatan Agama Islam Negeri.

PERKARA SUNAT SEMASA PENYEMBELIHAN

  • Membaca basmalah.
  • Menghadap binatang tersebut ke arah qiblat.
  • Membaca salawat ke atas Nabi.
  • Memutuskan dua urat dari kiri dan kanan supaya cepat mati.
  • Menggunakan pisau yang tajam.
  • Binatang itu dibaringkan di atas rusuk kiri.
  • Melakukan penyembelihan dengan segera.

PERKARA MAKRUH SEMASA PENYEMBELIHAN

  • Mengasah pisau di hadapan binatang yang hendak disembelih.
  • Menyembelih hingga terputus kepala.
  • Penyembelihan dilakukan oleh orang perempuan.

HIKMAH PENYEMBELIHAN

Penyembelihan diwajibkan ke atas setiap haiwan yang halal dimakan oleh orang Islam untuk memastikan sumber yang dimakan dapat memberikan kesan positif pada diri seseorang muslim itu dari segi mental, fizikal, sikap, atau perwatakan, dan sebagainya.

Sesuatu yang bersumberkan yang haram, buruk dan najis lazimnya akan menghasilkan sesuatu keburukan yang lain pula. Selain itu, penyembelihan juga dapat memberikan banyak kebaikan dan hikmat. Antaranya adalah seperti berikut:

  • Untuk menunjukkan perbezaan yang nyata antara cara orang Islam dan cara orang kafir dalam soal mematikan haiwan.
  • Untuk menunjukkan perbezaan daging yang halal dimakan dan yang haram dimakan oleh orang Islam.
  • Untuk memastikan haiwan tersebut tidak mengalami kesakitan yang terseksa ketika disembelih kecuali dalam masa yang singkat.
  • Agar darah dari dalam haiwan berkenaan dapat mengalir dengan cepat. Ini seterusnya dapat mengelakkan daripada jangkitan kuman yang mungkin ada dalam darah haiwan tersebut.
  • Sebagai meminta keizinan dari Allah subhanahu wata‘ala kerana haiwan dan manusia adalah makhluk Allah subhanahu wata‘ala yang bernyawa.






27: Qurban

: Pengertian Qurban
  1. Dari segi bahasa, qurban bermaksud sesuatu yang dikorbankan kerana Allah subhanahu wata‘ala.
  2. Dari sudut syara‘, qurban bermaksud menyembelih binatang yang tertentu pada masa-masa yang tertentu dengan niat mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wata‘ala.

PENSYARI‘ATAN DAN HIKMAHNYA

Qurban telah disyari‘atkan pada tahun kedua hijrah sama seperti ibadah zakat dan sembahyang Hari Raya.

    Firman Allah subhanahu wata‘ala:

{ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ }

Maksudnya:
“Maka kerjakanlah sembahyang kerana Tuhanmu dan sembelihlah qurban (sebagai tanda syukur)”
(Surah Al-Kauthar 108:2)

  • Hikmah disyari‘atkan qurban ialah sebagai tanda bersyukur kepada Allah subhanahu wata‘ala di atas segala nikmatNya yang berbagai dan juga di atas kekalnya manusia dari tahun ke tahun.

  • Ia juga bertujuan menjadi kifarah bagi pelakunya, sama ada disebabkan kesilapan-kesilapan yang telah dilakukan ataupun dengan sebab kecuaiannya dalam menunaikan kewajipan di samping memberikan kelegaan kepada keluarga orang yang berqurban dan juga mereka yang lain.
    • Qurban tidak memadai dengan menghulurkan nilai harganya, berbeza dengan ibadah zakat fitrah yang bermaksud memenuhi keperluan golongan fakir, Imam Ahmad dikatakan menyebut amalan menyembelih qurban adalah lebih afdhal daripada bersedekah dengan nilai harganya.

    HUKUM MELAKUKAN QURBAN

    • Hukum melakukan qurban ialah sunnah mu’akkadah bagi sesiapa yang mampu melakukannya.
    • Sabda Nabi Muhammad sallallahu ‘alayhi wasallam yang bermaksud:

    “Aku diperintahkan agar menyembelih qurban dan ia sunat bagi kamu”
    (Riwayat Tirmizi)

    PEMBAHAGIAN IBADAH QURBAN

    Terdapat dua jenis qurban iaitu qurban wajib dan qurban sunat.

      • Qurban Wajib

      Qurban Nazar.

      • Contohnya apabila seseorang menyebut, “Kerana Allah wajib ke atasku berqurban seekor kambing atau seekor unta ini” ataupun dengan menyebut, “Aku jadikan kambing ini sebagai qurban”

    Sama sahaja hukumnya dalam hal sama ada yang menyebutnya itu seorang yang kaya ataupun seorang fakir.

    • Binatang yang dibelikan untuk tujuan qurban oleh seorang fakir. Apabila seorang fakir membeli seekor kambing dengan niat untuk diqurbankan, maka ia menjadi wajib. Ini kerana membeli dengan tujuan berqurban oleh seseorang yang tidak wajib melakukannya dikira wajib kerana perbuatan ini dikira sebagai satu nazar.

    Qurban Sunat

    Qurban sunat ialah qurban yang dilakukan oleh seseorang yang berkemampuan melakukannya sama ada miskin ataupun yang bermusafir, yang tidak berniat nazar atau membeli dengan tujuan qurban.

    SYARAT-SYARAT QURBAN

    Syarat qurban dapat dibahagikan kepada 3 bahagian iaitu:

    1. Syarat Wajib/Sunat Qurban.
    2. Syarat Sah Qurban.
    3. Syarat Mereka Yang Dituntut Berqurban.

    Syarat Wajib/Sunat Qurban

    1. Untuk dijadikan ibadah qurban wajib ataupun sunat adalah disyaratkan dia mampu melaksanakannya.

    2. Orang yang dianggap mampu ialah mereka yang mempunyai harga untuk binatang qurban yang lebih daripada keperluannya dan keperluan mereka yang di bawah tanggungannya untuk hari raya dan hari–hari tasyrik kerana inilah tempoh masa bagi melakukan qurban tersebut.

    3. Kedudukannya sama seperti dalam masalah zakat fitrah, mereka mensyaratkan ia hendaklah merupakan yang lebih daripada keperluan seseorang juga keperluan mereka yang di bawah tanggungannya pada hari raya puasa dan juga malamnya sahaja.

    Syarat Sah Qurban

    1. Hendaklah binatang yang diqurbankan itu tidak mempunyai sebarang kecacatan yang menyebabkan kekurangan kuantiti dagingnya ataupun menyebabkan kemudharatan terhadap kesihatan. Contohnya cacat yang teruk pada salah satu matanya, berpenyakit yang teruk, tempang atau kurus yang melampau.
    2. Hendaklah qurban itu dalam masa yang tertentu iaitu selepas sembahyang Hari Raya Haji pada 10 Zulhijjah hingga sebelum terbenam matahari pada akhir Hari Tasyrik iaitu pada 13 Zulhijjah.

    3. Hendaklah disembelih oleh orang Islam.

    4. Orang yang berkongsi mengorbankan unta atau lembu tidak lebih dari tujuh orang di mana masing–masing menyumbang 1/7 bahagian.

    Syarat Mereka Yang Dituntut Berqurban

    • Islam.
    • Merdeka.
    • Aqil Baligh.
    • Bermukim atau Musafir.
    • Berkemampuan.

    WAKTU PELAKSANAAN IBADAH QURBAN

    • Waktu bagi menyembelih qurban bermula setelah selesai sembahyang Hari Raya dan bacaan khutbahnya iaitu setelah naik matahari sekadar segalah. Masanya berterusan siang dan malam sehingga Hari Tasyrik yang akhir iaitu sebelum terbenam matahari pada hari tersebut. Ini berdasarkan hadis Nabi yang diriwayat oleh Al-Barra’ bin ‘Azib :

    “Perkara pertama yang kita mulakan pada hari ini ialah bersembahyang, kemudian kita balik dan melakukan penyembelihan qurban. Sesiapa yang melakukan demikian maka dia telah menepati sunnah kami. Sesiapa yang menyembelih sebelum itu, maka ia merupakan daging yang disediakan untuk ahli keluarganya. Ia tidak dikira sebagai ibadah khas (qurban) ini sedikit pun.”

    BINATANG QURBAN

    Perbincangan tentang binatang qurban ini meliputi empat perkara :

    1. Jenis binatang yang diqurban.
    2. Umur binatang qurban.
    3. Kadar binatang yang disembelih.
    4. Sifat–sifat binatang qurban.
    1. Jenis Binatang Yang Diqurban

    Para ulama’ sependapat bahawa ibadah qurban tidak sah kecuali dengan menggunakan binatang an‘am, iaitu binatang jinak yang berkaki empat seperti unta, lembu dan kerbau, kambing biri–biri dan semua yang termasuk dalam jenisnya, sama ada jantan atau betina. Oleh itu, tidak sah berqurban dengan menggunakan binatang yang lain daripada binatang an‘am ini seperti kerbau liar dan kijang.

    • Firman Allah subhanahu wata‘ala:

    { وَلِكُلِّ أُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنسَكًا لِّيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَى مَا رَزَقَهُم مِّن بَهِيمَةِ اْلأَنْعَمِ }
    Maksudnya:
    “Dan bagi tiap-tiap satu umat, Kami syari‘atkan ibadah menyembelih qurban (atau lain-lainnya) supaya mereka menyebut nama Allah sebagai bersyukur akan pengurniaanNya kepada mereka: binatang-binatang ternak yang disembelih itu.”
    (Surah Al-Hajj 22:34)

    • Tidak terdapat sebarang dalil sama ada yang dinaqalkan daripada Rasulullah sallallahu ‘alayhi wasallam atau sahabat yang menunjukkan mereka berqurban dengan binatang selain daripada binatang-binatang ternakan (an‘am) ini. Oleh kerana qurban merupakan satu ibadah yang dikaitkan dengan binatang, maka ia hanya ditentukan kepada binatang an‘am sahaja sama seperti ibadah zakat.

    • Adapun binatang yang lebih afdhal diqurban ialah unta diikuti dengan lembu kemudian biri-biri atau kibasy kemudian kambing. Ini memandangkan kuantiti dagingnya yang lebih banyak bagi maksud pengagihan yang lebih meluas untuk fakir miskin.

    • Nabi sallallahu ‘alayhi wasallam juga telah bersabda yang bermaksud:

    “Sesiapa yang mandi pada hari Jumaat dengan mandi junub, kemudian dia pergi (ke Jumaat) maka dia seolah-olah telah berqurban seekor unta. Sesiapa yang pergi pada saat kedua maka dia seolah-olahnya berqurban dengan seekor lembu. Sesiapa yang pergi pada saat ketiga maka dia seolah-olah berqurban dengan seekor kibasy yang bertanduk.”

    2. Umur Binatang Qurban

    Umur binatang yang hendak diqurbankan berbeza-beza mengikut jenis binatang iaitu:

    1. Unta disyaratkan telah berumur lima tahun dan masuk ke umur enam tahun.
    2. Kambing dan lembu disyaratkan telah berumur dua tahun dan masuk ke umur tiga tahun.
    3. Kibasy disyaratkan telah memasuki umur dua tahun.
    4. Bagi anak unta, lembu, kambing dan kibasy yang telah berumur dua tahun lebih (yang telah bersalin gigi) harus dijadikan qurban.
    3. Kadar Binatang Yang Disembelih

    Para fuqaha’ bersepakat mengatakan bahawa seekor kambing atau kibasy hanya mencukupi sebagai qurban untuk seorang sahaja. Seekor unta atau lembu pula mencukupi untuk menjadi qurban bagi tujuh orang. Ini berdasarkan hadith Jabir:

    “Kami berqurban bersama Rasulullah sallallahu ‘alayhi wasallam semasa di Hudaybiyah dengan seekor unta atau seekor lembu untuk tujuh orang.”

    • Dalam riwayat Muslim pula menyebut :

    “Kami keluar bersama Rasulullah sallallahu ‘alayhi wasallam dan kami berniat Haji. Maka Rasulullah sallallahu ‘alayhi wasallam telah memerintahkan kami supaya berkongsi mengurbankan seekor unta atau seekor lembu. Setiap tujuh orang berkongsi seekor unta.”

    4. Sifat–Sifat Binatang Qurban

    Sifat–sifat binatang qurban sama ada betina atau jantan yang digariskan oleh syara‘ adalah seperti berikut:

    • Terang penglihatannya iaitu tidak buta.
    • Tidak cacat seperti kudung kaki, putus ekornya, terpotong hidungnya atau sebagainya.
    • Gemuk, tidak harus pada binatang yang terlalu kurus.
    • Ciri-ciri yang afdhal terdapat pada binatang qurban itu:
    • Gemuk pada keseluruhan anggotanya.
    • Bertanduk.
    • Putih warna bulunya (pada kibasy).
    • Jantan.

    Sifat yang makruh pada binatang qurban:

    • Rabit telinganya.
    • Terpotong sedikit bahagian belakang atau depan telinganya.
    • Tidak mempunyai tanduk sejak asalnya.
    • Patah tanduk sebelah atau keduanya atau pecah bahagian tanduknya.
    • Tanggal sebahagian giginya disebabkan tua atau jatuh.
    • Kabur penglihatannya.

    PERKARA SUNAT KETIKA BERQURBAN

    1. Sunat menambat binatang yang hendak diqurbankan itu beberapa hari sebelum disembelih.

    2. Digantung tanda pada binatang yang hendak diqurbankan.

    3. Dibawa dengan baik dan ihsan ketika ke tempat penyembelihan.

    4. Disunatkan juga orang yang berqurban menyembelihnya.

    5. Sunat dihadapkan ke arah qiblat ketika menyembelih qurban.

    6. Sunat memilih binatang yang paling gemuk, terelok dan terbesar untuk dijadikan qurban.

    7. Sunat digunakan alat yang paling tajam dan diperbuat daripada besi.

    8. Setelah selesai disembelih maka sunat ditunggu sehingga binatang yang disembelih itu sejuk dan semua anggota tidak bergerak lagi.

    9. Sunat bagi mereka yang mahu melakukan qurban tidak bercukur dan tidak memotong kukunya setelah tiba bulan Zulhijjah sehingga telah selesai berqurban.

    10. Binatang qurban sunat dibaringkan di atas rusuk kiri sebelum dilakukan penyembelihan.

    11. Sunat ketika sembelihan qurban dilakukan adalah seperti berikut:
    • Membaca basmalah.
    • Bersalawat ke atas Nabi Muhammad.
    • Binatang diarahkan ke arah qiblat.
    • Bertakbir sebelum atau selepas membaca basmalah.
    • Berdoa.


    12. Orang yang berqurban hendaklah membaca doa seperti berikut :

    “Ya Allah, ini adalah nikmat yang datang dariMu dan dengannya aku mohon untuk dapat mendampingiMu.”

    13. Sunat wakil yang melakukan sembelihan menyebutkan orang yang mewakilkannya seperti:

    “Dengan nama Allah dan Engkau Yang Maha Besar, ini daripadaMu dan untukMu. Terimalah Ya Allah daripada si pulan, si pulan.....”

    PERKARA MAKRUH KETIKA BERQURBAN

    • Berlaku kasar kepada binatang yang hendak diqurbankan seperti mengheret atau memukul semasa membawa ke tempat sembelihan atau seumpamanya.

    • Memerah susu atau menggunting bulu atau mengambil sebarang faedah dari binatang yang hendak dijadikan qurban.

    • Tidak menghadapkan ke arah qiblat semasa sembelihan dilakukan
      .
    • Bercukur atau memotong kuku setelah tiba bulan Zulhijjah hingga penyembelihan qurban selesai dijalankan.

    • Binatang yang telah dibeli untuk tujuan qurban adalah makruh dijual kerana ia telah ditentukan untuk qurban.

    HUKUM DAGING QURBAN

    • Qurban yang wajib iaitu yang dinazarkan ataupun yang ditentukan sama ada dengan menyebut, “Ini adalah qurban”, maka orang yang berqurban tidak boleh memakannya. Dia wajib menyedekahkan semuanya sekali.

    • Anak kepada binatang qurban yang ditentukan juga, perlu disembelih seperti ibunya, tetapi bezanya ia boleh dimakan kesemuanya oleh tuan yang mengurbankannya kerana disamakan dengan hukum susu, kerana tuannya harus meminum susu binatang qurban yang selebih daripada anaknya walaupun perbuatan itu makruh.

    • Bagi qurban sunat, maka tuannya sunat memakannya, iaitu yang afdhalnya dia hendaklah memakannya beberapa suap sebagai mengambil berkat. Ini bersesuaian dengan firman Allah subhanahu wata‘ala:

    { فَكُلُواْ مِنْهَا وَأَطْعِمُواْ الْبَآئِسَ الْفَقِيرَ }
    Maksudnya:
    “Dengan yang demikian makanlah kamu dari (daging) binatang-binatang qurban itu dan berilah makan kepada orang yang susah, yang fakir miskin.”
    (Surah Al-Hajj, 22:28)

    • Hadith yang diriwayatkan oleh Al-Bayhaqi pula ada menyebut bahawa Rasulullah sallallahu ‘alayhi wasallam telah memakan sebahagian daripada hati binatang qurbannya. Hukum memakan daging qurban pula tidak wajib, ini berdasarkan firman Allah subhanahu wata‘ala:

    { وَالْبُدْنَ جَعَلْنَهَا لَكُم مِّن شَعَآئِرِ اللَّهِ لَكُمْ فِيهَا خَيْرٌ }
    Maksudnya:
    “Dan Kami jadikan unta (yang dihadiahkan kepada fakir miskin Makkah itu) sebahagian dari syi‘ar agama Allah untuk kamu; pada menyembelih unta yang tersebut ada kebaikan bagi kamu.”
    (Surah Al-Hajj, 22:36)

    Dalam ayat ini Allah menjelaskan bahawa ia dijadikan untuk kita. Setiap perkara yang dijadikan untuk manusia, maka dia diberi pilihan sama ada mahu memakannya atau tidak.

    • Orang yang berqurban juga boleh menjamu kepada kalangan yang kaya, tetapi tidak boleh diberi milik kepada mereka. Yang boleh cuma dihantar kepada mereka sebagai hadiah yang mana mereka tidak akan menjualnya atau sebagainya
      .
    • Mengikut pendapat dalam qawl jadid, orang yang berqurban boleh memakan sebahagian daripada qurbannya. Mengikut qawl qadim pula harus memakan sebanyak separuh, manakala bakinya hendaklah disedekahkan.

    • Sebahagian ulama’ berpendapat daging qurban dibahagikan kepada tiga bahagian iaitu 1/3 daging disedekahkan dalam keadaan mentah, 1/3 daging dimasak dan dibuat jamuan dan 1/3 daging dimakan oleh orang yang berqurban.

    • Pendapat yang asah pula, adalah wajib bersedekah dengan sebahagian daripada daging qurban walaupun sedikit kepada orang Islam yang fakir walaupun seorang. Walaubagaimanapun, yang lebih afdhal hendaklah disedekahkan kesemuanya kecuali memakannya beberapa suap untuk mengambil keberkatan seperti yang telah dijelaskan.

    • Bagi qurban sunat pula, orang yang berqurban boleh sama ada bersedekah dengan kulit binatang tersebut atau menggunakan sendiri, seperti mana dia harus mengambil faedah daripada binatang itu semasa hidupnya. Tetapi bersedekah adalah lebih afdhal. Bagi qurban yang wajib pula, kulit binatang itu wajib disedekahkan.

    • Qurban juga tidak harus dibawa keluar dari negeri asalnya sebagaimana yang ditetapkan dalam masalah membawa keluar zakat.





28: `Aqiqah

PENGERTIAN ‘AQIQAH

  • ‘Aqiqah ialah sembelihan binatang an‘am yang dilakukan kerana menyambut kanak-kanak yang baru dilahirkan sebagai tanda kesyukuran kepada Allah subhanahu wata‘ala.

HUKUM MELAKUKAN ‘AQIQAH

  • Hukum melakukan ‘aqiqah ialah sunnah mu’akkadah bagi orang yang menanggung sara hidup kanak-kanak tersebut. Jika anak itu lelaki disunatkan menyembelih dua ekor kambing, manakala jika anak itu perempuan disunatkan menyembelih seekor kambing. Binatang seperti lembu, kerbau atau unta boleh dibahagikan kepada tujuh bahagian.

WAKTU PELAKSANAAN ‘AQIQAH

  • Waktu melakukan ‘aqiqah adalah dari hari kelahiran kanak-kanak itu sehinggalah ia baligh. Masa yang paling afdhal untuk melakukan ‘aqiqah adalah pada hari ketujuh kelahiran kanak-kanak tersebut.

  • Sabda Rasullullah sallallahu ‘alayhi wasallam:

كُلُّ غُلاَمٍ رَهِيْنَةٌ بِعَقِيْقَتِهِ تُذْبَحُ عَنْهُ يَوْمَ سَابِعِهِ , وَيُحْلَقُ وَيُسَمَّى .

Maksudnya:
"Setiap bayi itu tergadai dengan ‘aqiqahnya. Disembelih untuknya pada hari ketujuh dan dicukur kepalanya dan diberi nama."
(Riwayat Abu Daud)

SYARAT ‘AQIQAH

  1. Berniat ‘aqiqah ketika menyembelih.

  2. Hendaklah binatang tersebut tidak ada cacat yang boleh mengurangkan dagingnya serta sampai umur.

PERKARA SUNAT SEMASA ‘AQIQAH

  1. Berdoa semasa hendak menyembelih:


    بِسْمِ اللهِ ، اَللهُ أَكْبَرُ ، اَللَّهُمَّ هَذَا مِنْكَ وَإِلَيْكَ عَقِيْقَةٌ ... (sebut nama anak)
    Maksudnya:
    "Dengan nama Allah, Allah Maha Besar. Ya Allah, binatang ini daripada-Mu dan kembali kepada-Mu, ini ‘aqiqah…".

  2. Menyembelih ketika matahari sedang naik.

  3. Daging ‘aqiqah dimasak terlebih dahulu sebelum disedekahkan.

  4. Tidak mematah-matahkan tulang-tulang daripada binatang ‘aqiqah, hanya mencerai-ceraikan sendi-sendinya.

  5. Menyedekahkan daging ‘aqiqah kepada fakir miskin.

  6. Memasak daging ‘aqiqah dengan cara gulai manis untuk dihidangkan kepada tetamu.

PERKARA YANG PERLU DILAKUKAN KETIKA MENYAMBUT KELAHIRAN ANAK

  1. Mengazankan di telinga sebelah kanan anak yang baru lahir.

  2. Membaca iqamah di telinga sebelah kirinya.

  3. Membaca doa di kedua-dua belah telinganya, contohnya membaca surah Al-Ikhlas.

  4. Menyapu lelangit kanak-kanak tersebut dengan benda-benda yang manis seperti buah tamar atau pisang.

  5. Menamakan kanak-kanak tersebut dengan nama-nama yang baik pada hari ketujuh kelahirannya.

  6. Mengadakan jamuan dan doa kesyukuran sempena kelahirannya.

  7. Mencukur rambut kanak-kanak tersebut selepas menyembelih ‘aqiqah untuknya.

  8. Memberi sedekah emas atau perak seberat rambut kanak-kanak yang dicukur itu atau wang yang sama nilai dengan emas atau perak tersebut.
  9. Menyedekahkan daging ‘aqiqah kepada fakir miskin.

HIKMAH ‘AQIQAH

  1. ‘Aqiqah mengandungi beberapa hikmah, antaranya:
  2. Sebagai tanda kesyukuran kita kepada Allah kerana telah mengurniakan anak.
  3. Untuk mengisytiharkan kepada masyarakat umum tentang anugerah yang dikurniakan oleh Allah.
  4. Untuk memulakan kehidupan anak dengan perkara-perkara kebaikan.
  5. Mengeratkan hubungan silaturrahim antara ahli-ahli masyarakat dengan keluarga yang dikurniakan anak.
  6. Melahirkan rasa kegembiraan kerana mendapat zuriat yang menepati sunnah Rasulullah.

Perbezaan antara ‘aqiqah dan qurban.

Terdapat beberapa perbezaan antara ‘aqiqah dengan qurban:

  1. ‘Aqiqah tidak terikat pada masa tertentu, sedangkan qurban dilakukan pada masa-masa tertentu, iaitu selepas sembahyang dan khutbah Hari Raya ‘Aidil Adha hingga 13 Zulhijjah.

  2. Daging ‘aqiqah boleh diberi milik kepada orang kaya manakala daging qurban hanya boleh diberi kepada fakir miskin.

  3. ‘Aqiqah dilakukan sempena menyambut kelahiran anak sebagai tanda kesyukuran kepada Allah, manakala qurban dilakukan kerana memperingati peristiwa pengorbanan Nabi Ibrahim dan anaknya, Isma‘il.

  4. Daging qurban sunat disedekahkan secara mentah, sedangkan daging ‘aqiqah sunat disedekahkan setelah dimasak















22...SOLAT NAFILAH....23...PUASA.....24...ZAKAT...

22 : Pembahagian Solat - Solat Nafilah

SOLAT NAFILAH

  • Nafilah bermaksud tambahan dan dalam konteks sembahyang ialah sembahyang tambahan daripada apa yang difardhukan oleh Allah subhanahu wata‘ala.
  • Sembahyang sunat terbahagi kepada dua bentuk iaitu:

    1. Sembahyang yang tidak sunat dilakukan secara berjama‘ah.

    2. Sembahyang yang sunat dilakukan secara berjama‘ah.


Sembahyang Yang Tidak Disunatkan Berjama‘ah

  • Sembahyang yang tidak disunatkan secara berjama‘ah juga terbahagi kepada dua bahagian iaitu sembahyang sunat yang mengiringi fardhu dan yang tidak mengiringi fardhu.

1. Sembahyang sunat yang mengiringi sembahyang fardhu. Ia terbahagi dua:

a) Sembahyang yang merupakan sunnah mu’akkadah, yang terdiri daripada:

i. Dua raka‘at sebelum sembahyang Subuh.

ii. Dua raka‘at sebelum dan selepas sembahyang Zuhur.

iii. Dua raka‘at selepas sembahyang Maghrib.

iv. Dua raka‘at selepas sembahyang ‘Isya’.

b) Sembahyang yang bukan sunnah mu’akkadah pula terdiri daripada:

i. Dua raka‘at sebelum sembahyang Zuhur, tambahan kepada dua raka‘at yang mu’akkadah.

ii. Dua raka‘at selepas sembahyang Zuhur, tambahan kepada dua raka‘at yang mu’akkadah.

iii. Empat raka‘at sebelum sembahyang ‘Asar.

iv. Dua raka‘at yang ringan sebelum sembahyang Maghrib. Maksud “ringan” ialah melakukan rukun-rukun sembahyang, sunat-sunat dan adab-adabnya seminimum yang mungkin.

v. Dua raka‘at yang ringan sebelum sembahyang ‘Isya’.

2. Sembahyang sunat yang tidak mengiringi sembahyang fardhu. Ia terbahagi kepada dua bahagian iaitu:

a) Sembahyang sunat yang tiada nama dan waktu tertentu yang lebih dikenali sebagai sembahyang sunat mutlaq, dilakukan pada mana-mana waktu kecuali pada waktu tertentu yang dilarang melakukannya. Ia dilakukan dengan diberi salam pada setiap dua raka‘at.

b) Sembahyang sunat yang ada nama dan waktu tertentu, antaranya:

i. Sembahyang sunat tahiyyatul masjid, iaitu sembahyang dua raka‘at sebelum duduk setiap kali masuk masjid. Tahiyyatul masjid terhasil dengan sembahyang fardhu atau dengan mana-mana sembahyang sunat yang lain kerana maksud daripadanya ialah seseorang itu tidak segera duduk dalam masjid tanpa menunaikan sembahyang.

ii. Sembahyang sunat witir. Ia merupakan sunnah mu’akkadah. Dinamakan witir atau ganjil kerana ia disudahi dengan satu raka‘at berlainan dengan sembahyang yang lain. Waktu sembahyang witir ialah di antara sembahyang ‘Isya’ dan terbit fajar. Yang paling afdhal ialah dilewatkan sehingga ke akhir sembahyang malam. Sekurang-kurang witir ialah satu raka‘at, tetapi makruh jika hanya melakukan dengan bilangan tersebut dan sekurang-kurang bilangan raka‘at yang sempurna ialah tiga raka‘at. Didirikan dua raka‘at kemudian satu raka‘at. Jumlah yang paling sempurna ialah sebelas raka‘at.

iii. Qiyamullail. Ia dinamakan juga dengan tahajjud jika dilakukan selepas tidur. Qiyamullail merupakan sunat yang tidak mempunyai bilangan raka‘at yang tertentu. Ia ditunaikan selepas bangun tidur dan sebelum azan Subuh.

iv. Sembahyang sunat dhuha. Sekurang-kurang sembahyang sunat dhuha ialah dua raka‘at dan yang paling banyak dan sempurna ialah lapan raka‘at. Ia lebih afdhal jika dipisahkan pada setiap dua raka‘at dengan salam. Waktunya bermula dari naik matahari sehingga gelincir dan yang afdhalnya ialah setelah berlalu satu perempat siang hari.

v. Sembahyang sunat istikharah, iaitu sembahyang dua raka‘at yang didirikan bukan pada waktu yang dimakruhkan. Ia disunatkan kepada sesiapa yang ingin kepada sesuatu atau ingin melakukan sesuatu perkara yang diharuskan tetapi dia tidak mengetahui kebaikan yang ada padanya. Disunatkan membaca doa ma’thur yang datang daripada Rasulullah selepas selesai sembahyang. Jika selepas itu Allah membuka hatinya untuk melakukan perkara tersebut, maka dia boleh melakukannya.

SEMBAHYANG YANG DISUNATKAN SECARA BERJEMAAH

Sembahyang Dua Hari Raya

  • Sembahyang hari raya iaitu hari raya puasa dan hari raya korban merupakan sunnah mu’akkadah. Ia dituntut supaya dilakukan secara berjama‘ah tetapi tetap sah jika dilakukan secara bersendirian. Waktunya bermula dari terbit matahari hingga gelincir matahari. Waktu yang lebih afdhal ialah ketika matahari naik sekadar panjang lembing (tinggi segalah).
  • Sembahyang hari raya mempunyai dua raka`at. Ia dimulakan dengan takbiratul ihram kemudian membaca doa iftitah, kemudian bertakbir sebanyak tujuh kali seperti mana takbiratul ihram. Ketujuh-tujuh takbir tadi dipisahkan antara satu sama lain sekadar satu ayat yang sederhana dan disunatkan membaca tasbih. Kemudian membaca al-isti`azah dan membaca al-fatihah serta dibaca bersamanya satu surah atau beberapa ayat. Takbir untuk raka‘at yang kedua hanyalah sebanyak lima kali. Selain daripada itu disunatkan berkhutbah dengan dua khutbah setelah selesai sembahyang sama seperti khutbah jumaat, cuma ia dilakukan selepas sembahyang.

Sembahyang Tarawih

  • Sembahyang tarawih disyari‘atkan khusus pada bulan Ramadhan dan sunat didirikan secara berjama‘ah serta sah jika didirikan secara individu. Waktunya di antara sembahyang ‘Isya’ dan sembahyang Subuh dan sebelum sembahyang witir. Ia boleh didirikan sebanyak lapan raka‘at dan boleh sebanyak dua puluh raka‘at dengan dilakukan setiap dua raka‘at satu salam.

Sembahyang Gerhana Matahari dan Bulan

  • Al-Kusuf (gerhana matahari) pada bahasa digunakan ketika cahaya matahari atau bulan terlindung sama ada sebahagiannya atau kesemuanya. Kebiasaannya, al-kusuf digunakan bagi gerhana bulan. Hukumnya pula ialah sunnah mu’akkadah. Jika sembahyang gerhana itu adalah untuk matahari, maka bacaan hendaklah diperlahankan, manakala jika gerhana bulan, bacaan hendaklah dinyaring dan dikuatkan.
  • Sembahyang gerhana mempunyai dua cara:

1. Dilakukan pada setiap raka‘at dengan dua kali berdiri, dua kali membaca (Al-Fatihah dan ayat) serta dua kali ruku‘ tanpa memanjangkannya (berdiri, membaca dan ruku‘, kemudian berdiri membaca dan ruku‘). Dan sah sembahyang gerhana jika didirikan dua raka‘at dengan dua kali berdiri dan dua kali ruku‘ seperti sembahyang Juma‘at.

2. Dilakukan pada setiap raka‘at dengan dua kali berdiri. Pada setiap kali berdiri dibaca bacaan yang panjang. Dibaca selepas Al-Fatihah, Surah Al- Baqarah atau surah-surah lain yang sama panjangnya pada berdiri kali pertama di raka‘at pertama. Untuk berdiri kali kedua pada raka‘at pertama, dibaca ayat yang menyamai 200 ayat. Manakala bacaan ketika berdiri kali pertama pada raka‘at kedua ialah sekadar 150 ayat. Dan bacaan ketika berdiri kali kedua pada raka‘at kedua ialah bacaan yang menyamai 100 ayat Surah Al-Baqarah.

Kemudian apabila ruku‘, maka dipanjangkannya sehingga menyamai lebih kurang dengan 100 ayat, ruku‘ kedua dipanjangkan sekadar 80 ayat, ruku‘ ketiga sekadar 70 ayat dan ruku‘ keempat sekadar 50 ayat. Cara yang kedua ini adalah yang lebih sempurna. Apabila sembahyang telah selesai, imam bangun berkhutbah dengan dua khutbah, sama seperti khutbah Juma‘at, cuma imam hendaklah mendorong orang ramai supaya bertaubat, melakukan kebaikan serta memberi ingatan agar tidak lalai.

Sembahyang Istisqa’ (Minta hujan)

  • Makna sembahyang istisqa’ ialah sembahyang yang disyari‘atkan ketika hujan tidak turun dan mata air kekeringan. Ia disunatkan ketika berlaku sebabnya. Tuntutan melakukannya akan luput apabila sebab tersebut hilang seperti turunnya hujan atau mata air mula mengalir.
  • Terdapat tiga cara untuk meminta hujan :

    1. Cara paling minima, iaitu berdoa kepada Allah pada bila-bila waktu yang disukai.

    2. Cara pertengahannya ialah dengan berdoa selepas bangun daripada ruku‘ pada raka‘at terakhir sembahyang yang diwajibkan, atau selepas selesai sembahyang.

    3. Cara yang paling sempurna ialah dengan melakukan perkara-perkara berikut:

    a) Pada peringkat permulaan, imam (ketua pemerintah) atau timbalannya hendaklah menyuruh orang ramai supaya bertaubat, bersedekah kepada fakir, meninggalkan segala bentuk kezaliman, dan berpuasa selama empat hari berturut-turut.

    b) Imam yang sebaik-baiknya ketua pemerintah keluar bersama-sama orang ramai pada hari ke empat dalam keadaan berpuasa, memakai pakaian yang lama (lusuh), dalam keadaan khusyu‘ dan hina menuju ke padang yang luas melalui satu jalan tertentu dan pulangnya melalui jalan yang lain pula. Kemudian ketua atau timbalannya melakukan sembahyang bersama-sama orang ramai sebanyak dua raka‘at seperti sembahyang hari raya.


    c) Apabila selesai sembahyang, imam (ketua pemerintah) hendaklah berkhutbah dengan dua khutbah seperti khutbah hari raya, kecuali kedua-duanya hendaklah dimulai dengan istighfar sembilan kali pada khutbah pertama dan tujuh kali pada khutbah kedua sebagai ganti kepada takbir. Apabila khutbah kedua bermula dan berlalu satu pertiga daripadanya, khatib hendaklah berpaling ke arah qiblat dengan membelakangkan orang ramai dengan mengubah kedudukan kain jubah atau selendang dengan dijadikan bahagian atas ke bawah, bahagian bawah ke atas, bahagian kanan ke kiri dan bahagian kiri ke kanan bagi menzahirkan perasaan kehinaan ke hadapan Allah subhanahu wata‘ala. Orang ramai juga disunatkan melakukan apa yang dilakukan oleh khatib.


Sembahyang Jenazah

  • Syarat-syarat sah sembahyang jenazah ialah seperti berikut:

    1. Sembahyang jenazah sama halnya dengan sembahyang yang lain, iaitu harus menutup ‘aurat, suci dari hadath besar dan kecil, suci badan, pakaian dan tempat serta menghadap ke arah qiblat.

    2. Mayat sudah dimandikan dan dikafankan.

    3. Mayat diletak sebelah qiblat mereka yang menyembahyangkannya kecuali jika sembahyang dilakukan di atas kubur (sembahyang ghaib).

  • Cara melakukan sembahyang jenazah ialah dengan keadaan berdiri sahaja dengan tidak ruku‘, sujud, tasyahhud dan duduk. Sebelum dilakukannya juga tidak disertai dengan azan dan iqamah.
  • Rukun-rukun dan cara menunaikannya adalah seperti berikut:

    1. Bertakbir dengan takbiratul ihram dalam keadaan berniat sembahyang ke atas mayat.

    2. Selepas bertakbir, dibaca Surah Al-Fatihah.

    3. Bertakbir untuk kali kedua. Seterusnya membaca salawat dengan mana-mana lafaz salawat dan yang paling afdhal ialah salawat Ibrahimiyyah.

    4. Kemudian bertakbir untuk kali ketiga dan berdoa untuk si mati selepas takbir tersebut.

    5. Kemudian bertakbir untuk kali keempat dan berdoa selepasnya.

    6. Kemudian memberi salam ke sebelah kanan dan kiri




23 : Puasa

Firman Allah Ta’ala :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Maksudnya : “ Wahai orang-orang yang beriman telah diwajibkan ke atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan ke atas umat-umat yang sebelum kamu semoga kamu menjadi orang-orang yang bertaqwa ”. (Surah Al-Baqarah Ayat 183)

Pengertian Puasa

Ertinya menahan diri dari makan dan minum dan dari segala perbuatan yang boleh membatalkan puasa mulai dari terbit fajar hinggalah terbenam matahari.

Hukum – Hukum Puasa

  1. Wajib
  2. Sunat
  3. Makruh
  4. Haram
Puasa wajib :

Puasa yang dilakukan dalam bulan Ramadhan, qada’ puasa Ramadhan,puasa kifarah & puasa nazar.

Puasa Sunat : a) Puasa dalam bulan Sya’ban
b) Puasa 6 hari dalam bulan Syawal
c) Puasa Arafah pada 9 zulhijjah
d) Puasa hari Tasu’a dan ‘Asyura pada 9 & 10 Muharram
f) Puasa pada hari Isnin & Khamis
g) Puasa tiga hari daripada tiap-tiap bulan pada 13,14 & 15
h) Puasa satu hari berbuka satu hari
i) Puasa lapan hari daripada bulan Zulhijjah sebelum hari Arafah bagi orang yang sedang mengerjakan haji atau tidak.
j) Puasa dalam bulan–bulan haram iaitu bulan Zulkaedah,Zulhijjah,Muharram dan Rejab

Puasa Makruh :

a) Menentukan hari untuk berpuasa seperti jumaat sahaja,Sabtu & Ahad sahaja
b) Berpuasa sepanjang tahun

Puasa Haram :

a) Puasa sunat seorang perempuan tanpa izin suaminya
b) Puasa pada hari syak iaitu pada hari 30 Sya’ban
c) Puasa pada hari raya aidil fitri,hari raya aidil adha dan hari-hari Tasyrik
d) Puasa perempuan haid & Nifas
e) Puasa bagi orang yang bimbang berlakunya mudharat ke atas dirinya kerana berpuasa

Syarat-syarat Puasa

Terbahagi kepada 2 :

1) Syarat-syarat wajib

2) Syarat-syarat sah

Syarat wajib

a) Islam
b) baligh
c) berakal
d) berupaya(sihat)
e) bermukim

Syarat Sah

a) Islam
b) Berakal
c) Bersih daripada haid & Nifas sepanjang hari
d) Niat

Rukun Puasa

a) Niat
b) Menahan diri dari makan & minum serta perkara-perkara yang membatalkannya

Masa Puasa

Puasa bermula dari terbit fajar hingga terbenam matahari

Faedah Puasa

a) Melahirkan perasaan belas kasihan terhadap golongan miskin
b) Mendidik nafsu & jiwa kearah kebaikan
c) Dapat merasai apa yang ditanggung oleh golongan miskin
d) Puasa merupakan perbuatan taat kepada Allah
e) Mendidik budi pekerti untuk memiliki sifat-sifat terpuji
f) Puasa mengajar seseorang supaya beramanah terhadap diri sendiri
g) Puasa mengajar kesabaran dan berperaturan
f) Puasa menyebarkan perasaan kasih sayang & persaudaraan dalam jiwa manusia

Sunat-sunat puasa

a) Makan Sahur serta melambatkannya
b) Menyegerakan berbuka puasa & sunat berbuka dengan buah kurma atau benda-benda yang manis
c) Menjamu orang-orang yang berbuka puasa
d) Mandi junub,haid dan nifas sebelum fajar
e) Memperbanyakkan ibadah dan berbuat kebaikan
f) Membaca Al-Quran
g) Beriktikaf terutama 10 hari terakhir bulan Ramadhan

Perkara makruh ketika berpuasa

a) Berbekam
b) Mengeluarkan darah
c) Berkucup
d) Merasa makanan
e) Bersugi selepas gelincir matahari
f) Mencium wangian

Perkara yang membatalkan puasa

a) Memasukkan sesuatu ke dalam rongga dengan sengaja kecuali terlupa
b) Makan dan minum sepanjang hari
c) Muntah dengan sengaja
d) Bersetubuh atau keluar mani dengan sengaja
e) Keluar darah haid & nifas
f) Gila
g) Pitam atau mabuk sepanjang hari
h) Murtad

Keuzuran yang mengharuskan berbuka puasa

a) Musafir
b) Sakit
c) Mengandung & Ibu yang menyusukan anak
d) Tua

Keistimewaan Bulan Ramadhan

a) Bulan yang mulia,berkat dan setiap doa akan dimakbulkan

b) Allah merahmati orang yang mengimaninya

c) Al-Quran diturunkan dalam bulan ini

d) Iblis dipenjarakan

e) Terdapat malam yang mulia iaitu malam Lailatul qadar.

f) Solat tarawikh dan zakat fitrah dilaksanakan.

Menghormati Bulan Ramadhan

a) Kita hendaklah mengelakkan diri daripada kebiasaan yang boleh merugikan diri kita seperti berbelanja dengan boros,suka berhibur,membuang masa dan bersembang tentang perkara-perkara yang tidak mendatangkan faedah sebaliknya hendaklah kita menyambut Ramadhan dengan azam yang tinggi untuk memperbanyakkan ibadat bagi menyucikan jiwa.

b) Kita hendaklah berusaha menyediakan diri untuk menjaga benih-benih amal yang kita tanam di bulan Ramadhan kerana seseorang yang menanam benih jika tidak membaja,menyiram serta memelihara pasti tidak akan mengeluarkan hasil yang baik di masa hadapan.

Niat Puasa dan Qadha’ Puasa Ramadhan

1) Lafaz niat puasa fardhu Ramadhan :

نويت صوم غد عن أداء فرض شهررمضان هذه السنة لله تعالى .

Ertinya : Sahaja aku puasa esok hari menunaikan fardhu Ramadhan tahun ini kerana Allah Taala.

2) Lafaz niat puasa Qhada’ Ramadhan :

نويت صوم غد عن قضاء فرض رمضان لله تعالى .

Ertinya : Sahaja aku puasa esok hari kerana ganti fardhu Ramadhan kerana Allah Taala.

Doa Ketika Berbuka Puasa

اللهم لك صمت وبك آمنت وعلى رزقك أفطرت برحمتك ياأرحم الراحمين.

Ertinya : Ya Tuhanku keranamu jua aku berpuasa dan denganmu aku beriman dan di atas rezekimu aku berbuka dengan belas kasihanmu Ya Allah yang amat mengasihani.

Qada’ Puasa Ramadhan

Ialah menggantikan puasa yang terbatal pada bulan Ramadhan diatas sebab-sebab yang diharuskan berbuka oleh syara’

Hukum Qada’ Puasa Ramadhan

Wajib menggantikan puasa Ramadhan bagi yang membatalkan puasa Ramadhannya samaada kerana keuzuran ataupun tanpa sebarang keuzuran

Firman Allah Ta’ala :

أَيَّامًا مَعْدُودَاتٍ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ وَأَنْ تَصُومُوا خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ

Maksudnya : “(Puasa yang diwajibkan itu ialah) beberapa hari yang tertentu maka sesiapa diantara kamu yang sakit atau dalam musafir (bolehlah ia berbuka) kemudian wajiblah ia berpuasa sebanyak (hari yang dibuka) itu pada hari-hari yang lain dan wajib ke atas orang-orang yang tidak terdaya berpuasa (kerana tuanya dan sebagainya) membayar fidyah iaitu memberi makan orang miskin (secupak bagi tiap-tiap satu hari yang tidak dikerjakan puasa) maka sesiapa yang dengan sukarela memberikan (bayaran fidyah) lebih dari yang di tentukan itu maka itu adalah suatu kebaikan baginya dan (walaupun demikian) berpuasa itu lebih baik bagi kamu (daripada memberi fidyah) kalau kamu mengetahui ”. (Surah Al-Baqarah Ayat 184)

Waktu Qada’ Puasa Ramadhan

- Waktunya selepas bulan Ramadhan sehingga ke bulan Ramadhan yang berikutnya walaubagaimanapun qada’ puasa yang dilakukan dalam masa dilarang berpuasa adalah tidak sah contohnya seperti di hari raya.

- Adapun bagi orang yang mengakhirkan qada’ Ramdhan tanpa uzur sehingga Ramadhan yang berikutnya datang lagi maka ia wajib qada’ dan membayar fidyah.

Kifarah Puasa

Ialah seseorang yang merosakkan puasanya dalam bulan Ramadhan dengan jalan melakukan jima’ maka ia wajib membayar kifarah (denda) iaitu si suami wajib mengeluarkan kifarah & qada’ puasa yang terbatal kerana jima’ walaubagaimanapun si isteri tidak wajib mengeluarkan kifarah tetapi wajib qada’ puasa yang terbatal.

Kifarah bagi puasa yang batal atau rosak ialah :

1) Membebaskan seorang hamba yang beriman

2) Jika tiada hamba untuk dibebaskan, wajib ke atasnya berpuasa 2 bulan berturut-turut

3) Jika tidak mampu berpuasa, wajib dia memberikan makan 60 orang fakir miskin setiap seorang mendapat secupak makanan asasi negeri itu.

Fidyah

Ialah bayaran denda dengan memberi makan orang miskin (secupak bagi tiap-tiap satu hari yang tidak dikerjakan puasa) dengan sebab-sebab tertentu atau mengakhirkan qada’ Ramadhan tanpa uzur sehingga Ramadhan yang berikutnya datang lagi. Satu cupak bersamaan dengan 620 gram.

Hukum Fidyah

Wajib di keluarkan berdasarkan Firman Allah Ta’ala :

أَيَّامًا مَعْدُودَاتٍ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ وَأَنْ تَصُومُوا خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ

Maksudnya : “(Puasa yang diwajibkan itu ialah) beberapa hari yang tertentu maka sesiapa diantara kamu yang sakit atau dalam musafir (bolehlah ia berbuka) kemudian wajiblah ia berpuasa sebanyak (hari yang dibuka) itu pada hari-hari yang lain dan wajib ke atas orang-orang yang tidak terdaya berpuasa (kerana tuanya dan sebagainya) membayar fidyah iaitu memberi makan orang miskin (secupak bagi tiap-tiap satu hari yang tidak dikerjakan puasa) maka sesiapa yang dengan sukarela memberikan (bayaran fidyah) lebih dari yang di tentukan itu maka itu adalah suatu kebaikan baginya dan (walaupun demikian) berpuasa itu lebih baik bagi kamu (daripada memberi fidyah) kalau kamu mengetahui ”. (Surah Al-Baqarah Ayat 184)

Sebab-sebab wajib Fidyah

1) Tidak mampu melakukan ibadah puasa

2) Sakit yang tidak mampu untuk sembuh

3) Perempuan hamil atau menyusukan anak iaitu jika berpuasa mendatangkan mudharat kepada anak yang di kandung dan boleh mengurangkan air susu

4) Mengakhirkan qada’ Ramadhan tanpa uzur sehingga Ramadhan yang berikutnya datang lagi.




24 : Zakat

Zakat adalah satu rukun daripada lima rukun Islam, difardhukan dalam bulan Syawal tahun ke 2 hijrah. Dari segi bahasa ialah membersih dan menyubur dan dari segi Syara' ialah mengeluarkan sebahagian dari harta yang tertentu diberikan kepada yang berhak menerimanya.

Firman Allah Ta’ala :

وَأَقِيمُوا الصَّلاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ

Maksudnya : “ Dan dirikanlah kamu akan sembahyang serta berilah zakat ”. (Surah An-Nur Ayat 56)


Firman Allah Ta’ala :

قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا

Maksudnya : “ Sesungguhnya berjayalah orang yang menjadikan dirinya yang sedia bersih bertambah-tambah bersih (dengan iman dan amal kebajikan) ”. (Surah As-Syams Ayat 9)

Hukum Zakat

Wajib/Fardhu Ain ke atas orang Islam yang sudah sempurna syarat-syaratnya seperti cukup nisabnya,haulnya dan lain-lain lagi.

Firman Allah Ta’ala :

وَآتُوا الزَّكَاةَ

Maksudnya : “ Berilah Zakat ”. (Surah An-Nisa’ Ayat 77)

Firman Allah Ta’ala :


خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا

Maksudnya : “ Ambillah (sebahagian) dari harta mereka menjadi sedekah (zakat) supaya dengannya engkau membersihkan mereka (dari dosa) dan mensucikan mereka (dari akhlak yang buruk).(Surah At-Taubah Ayat 103)

Sabda Rasulullah s.a.w :

عن أبي عبد الرحمن عبد الله بن عمربن الخطاب رضي الله عنهما قال : سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول : بني الاسلام على خمس, شهادة أن لاإله إلاالله وان محمدا رسول الله,وإقام الصلاة,وإيتاء الزكاة وحج البيت,وصوم رمضان.
(رواه البخارى ومسلم)

Maksudnya : Dari ‘Abdal Rahman ‘Abdullah Ibn ‘Umar r.a katanya : Aku dengar rasulullah s.a.w. bersabda : Didirikan Islam atas lima (rukun) : Syahadah (pengakuan) bahawa tiada tuhan yang di sembah melainkan Allah dan bahawasanya Muhammad itu Rasulullah dan mendirikan sembahyang dan mengeluarkan zakat dan mengerjakan haji di baitullah serta puasa di bulan Ramadhan.(Diriwayatkan oleh Bukhari & Muslim)


Syarat-syarat zakat

Terbahagi kepada 2 bahagian :

1) Syarat wajib zakat

2) Syarat sah zakat

Syarat wajib Zakat

  1. Islam
  2. Merdeka
  3. Sempurna Milik
  4. Cukup Nisab
  5. Cukup Haul (12 Bulan/1 Tahun)

Syarat sah zakat

1) Niat
2) Memberi milik (Al-Tamlik) - diberi kepada orang yang berhak

Kategori Zakat

  1. Zakat Pendapatan
  2. Zakat Simpanan
  3. Zakat KWSP
  4. Zakat Emas/Perak
  5. Zakat Perniagaan
  6. Zakat Saham
  7. Zakat Tanaman
  8. Zakat Ternakan

Keterangan :
Nisab berdasarkan harga emas semasa iaitu 85gm = 20 misqal = 25 mayam 2.7108 saga.

Kaedah Pengiraan Zakat

Zakat Pendapatan
Takrifan :
Imbuhan atau perolehan yang di peroleh oleh individu daripada majikan atau individu samaada pemberian dalam bentuk tenaga atau perkhidmatan profesional atau fizikal dalam tempoh harian, bulanan atau tahunan yang boleh dikenakan zakat.
(Fatwa telah pun diwartakan pada 22 Mei 2000 bagi mewajibkan setiap umat Islam yang telah cukup syarat bagi melunaskan zakat pendapatan).

Kaedah Pengiraan :

Terdapat 2 kaedah pengiraan di mana pembayar zakat boleh membuat pilihan:

Kaedah 1 : (Tanpa penolakan)

Pendapatan dari semua sumber setahun (termasuk elaun-elaun)
RM30,000 x 2.5% = RM 750.00

Kaedah 2 : (Dengan penolakan)

Bil
Perkara
Jumlah
a.
Pendapatan Setahun
RM 30,000.00
b.
Perbelanjaan


1. Diri
RM 8,000.00

2. Isteri (yang tidak bekerja)
RM 5,000.00

3. Anak (RM800.00 seorang x 6 orang)
RM 4,800.00

4. Pemberian Ibubapa
RM 1,200.00

5. KWSP (11%)
RM 3,300.00

6. Caruman ke Organisasi yang membayar zakat
RM 1,800.00

Jumlah Perbelanjaan
RM 24,100.00
c.
Pendapatan yang layak di zakat (a-b)
RM 5,900.00
d.
Zakat yang wajib dibayar (RM5,900.00 x 2.5%)
RM 147.50

Zakat Wang simpanan
Takrifan :
Zakat yang dikeluarkan oleh pendeposit daripada simpanan yang telah genap setahun atau cukup nisab
.

Kaedah Pengiraan :
1. Bagi simpanan tetap iaitu setelah cukup haul simpanan selama 354 hari dan melebihi nisab wajib dikeluarkan zakat.
2. Bagi simpanan biasa pula, adalah berdasarkan jumlah baki terendah satu atau beberapa akaun simpanan dalam tempoh satu tahun . Ianya juga hendaklah diketahui tempoh haulnya iaitu bilakah bermula dan berakhirnya haul bagi simpanan tersebut.
Misalnya :
(Baki terendah bagi tahun 2005 adalah RM4,000.00)
RM4,000.00 x 2.5% = RM100.00
Zakat yang dikenakan adalah sebanyak RM100.00

Zakat KWSP/LTAT Dan Seumpamanya
Takrifan :
Zakat yang dikeluarkan oleh pencarum melalui KWSP/LTAT setelah diperoleh wang caruman tersebut dan cukup nisab serta haulnya.
Kaedah Pengiraan :
1. 2.5% atas caruman KWSP ketika dikeluarkan samaada selepas bersara atau dikeluarkan untuk tujuan-tujuan lain sebelum bersara. Zakat perlu dibayar setiap kali pengeluaran dibuat.
2. 2.5% atas wang simpanan KWSP/LTAT bagi setiap pekerja berdasarkan penyata tahunan.

Zakat Emas/Perak
Takrifan :
Zakat emas dan perak merupakan zakat barangan kemas dan perhiasan wanita. Zakat yang dikeluarkan ke atas emas bergantung samaada emas yang dipakai ataupun yang disimpan yang mana telah cukup nisab dan haulnya.

Kaedah Pengiraan :
Zakat Emas

Pembayaran zakat emas terbahagi kepada 2 iaitu :
1. 2.5% atas nilai emas yang disimpan setahun yang nilai pasarannya melebihi kadar nisab (85gram).
2. Emas yang dipakai tidak dikenakan zakat melainkan :
Uruf nilai pasarannya melebihi kadar uruf ialah pemakaian setempat yang dibenarkan iaitu RM5,000.00

Zakat Perak

2.5% ke atas nilai perak yang disimpan atau yang dipakai yang nilainya melebihi kadar nisab (624gram).

Zakat Perniagaan
Takrifan :
Zakat yang dikeluarkan oleh sesuatu perniagaan persendirian (tunggal) perkongsian, Syarikat Berhad, Syarikat Sdn. Bhd, Koperasi dan persatuan yang telah genap setahun operasi perniagaan dan cukup nisab yang mana barangan itu diniat untuk diniagakan dan berkembang.
Kaedah Pengiraan :
2.5% atas harta perniagaan yang layak di zakat yang telah melebihi nisab. (Harta Semasa – Tanggungan Semasa) x peratus pemilikan ekuiti yang dimiliki oleh individu muslim.

Zakat Saham
Takrifan :
Zakat yang dikeluarkan ke atas pelaburan saham yang telah genap setahun dan cukup nisab.
Kaedah Pengiraan :
2.5% atas nilai terendah bagi semua saham yang dimiliki dalam tempoh setahun setelah ditolak pinjaman membeli saham dan tidak kurang dari kadar nisbah.

Zakat Tanaman
Takrifan :
Zakat yang dikenakan ke atas makanan asasi yang mengenyangkan ke atas sesebuah negeri yang telah cukup 400 gantang seperti padi, gandum, biji-bijian dan sebagainya.
Kaedah Pengiraan :
5 ausuk bersamaan dengan 400 gantang (setelah dibersihkan dari roman dan hampa) kadar nisab ialah 10% daripada padi atau bijian yang ditanam jika di siram /diairi dengan air hujan semata-mata dan 5% jika diairi menggunakan tenaga.

Zakat Ternakan
Takrifan :
Zakat yang dikenakan ke atas ternakan seperti lembu, kerbau dan kambing yang tidak digunakan untuk tujuan kerja yang mana telah genap haulnya dan nisabnya.
Kaedah Pengiraan :
Zakat bagi ternakan ialah seekor lembu/kerbau bagi setiap 30 ekor lembu/kerbau dan seekor kambing bagi tiap 40 ekor kambing yang tidak digunakan untuk bekerja.
Qadha Zakat
Berbagai jenis zakat yang tidak ditunaikan semasa ianya wajib berzakat dan jika bayaran zakat dikeluarkan sekarang, ianya sebagai qadha zaka